Gejala mengumpulnya pendapat kelompok pada satu pandangan tertentu disebut sebagai polarisasi kelompok. Myers (2012:375) menyatakan bahwa group polarization adalah ketika kelompok menghasilkan keterikatan pada sejumlah kecenderungan anggota, sebuah penguatan pada kecenderungan rata-rata anggota, bukan sebuah pemisahan dalam kelompok.
Terjadinya polarisasi kelompok antara lain dimulai dengan adanya diskusi dalam kelompok yang memunculkan ide-ide yang sama, dimana hal ini semakin kuat jika prasangka sosial anat anggota kelompok rendah. Dalam kehidupan sehari-hari adanya pemisahan din (self segregation) dimana para pria masuk dalam kelompok pria dan perempuan masuk ke dalam kelompok perempuan juga salah satu faktor yang dapat membentuk polarisasi kelompok. Terdapat juga polarisasi kelompok dalam sekolah, dalam komunitas dan sebagainya (Myers, 2012: 378-382).
Beberapa penelitian yang terkait dengan polarisasi kelompok antara lain sebagai berikut (dalam Sarwono, 2001:113-115):
1. Moscovici & Zavalloni (1969) Diskusi antar mahasiswa di Perancis yang semakin mendukung Perdana Menteri Perancis dan semakin negatif terhadap Amerika Serikat.
2. Williams & Taormina (1992) Eksperimen dengan simulasi tiga proyek bisnis untuk penanaman modal. Ternyata pandangan sebagai kelompok lebih berani untuk mengambil resiko dengan bekerja di proyek yang beresiko tinggi dibandingkan pendapat perorangan.
3. Mc Gaily, dkk. (1992) Semakin ekstrem posisi kelompok dalam konteks sosial (tingginya perasaan in-group) maka polarisasi semakin tajam. Misalnya dalam geng motor yang dipandang penuh kekerasan dan kejahatan oleh banyak orang, menyebabkan anggotanya saling melindungi satu sama lain.
4. Abrams, dkk. (1990) Menemukan jika perbedaan antara dua kelompok dipertajam maka polarisasi semakin kuat dan pertemuan pendapat antara dua kelompok semakin sulit.
5. Hogg, Turner & Davidson (1990) Ketika berhadapan dengan kelompok lain, kelompok sendiri selalu mengabil posisi yang berlawanan. Jika kelompok lawan berani mengambil resiko, maka kelompok kita akan berhati-hati, dan sebaliknya. Namun ketika kelompok lawan mengambil jalan tengah maka kelompok kita juga akan mengambil langkah yang sama, dan biasanya akan terjadi kompromi.
6. Isozaki (1984) Dalam diskusi tentang kecelakaan lalu lintas, peserta diskusi semakin lama semakin menyalahkan pihak penabrak (walaupun awalnya menyalahkan pihak korban).
7. Myers & Bishop (1970) Diskusi kelompok memperkuat persamaan pendapat antara yang sepaham, tetapi mempertajam perbedaan antara yang berbeda paham.
8. Cartwright (1975) Geng anak-anak nakal semakin kdmpak karena persaingan dan tekanan dari luar dan persamaan antar anggota (memiliki latar belakang sosial ekonomi yang sama, latar belakang etnis, dan sebagainya).
9. Mc Cautley & Segal (1987) Terorisme tidak timbul tiba-tiba, tetapi melalui proses kebersamaan antar oranng-orang yang sama-sama merasa terpukul dalam suatu situasi, dan karena mereka semakin terisolir maka mereka semakin ekstrim.
Penjelasan lain tentang hadirnya polarisasi kelompok adalah karena adanya pengaruh informasional dan pengaruh normatif. Pengaruh informasional adalah pengaruh yang merupakan hasil dari penerimaan bukti terhadap kenyataan. Misalnya dalam sebuah diskusi kelompok yang memunculkan sejumlah gabungan dari gagasan yang kebanyakannya menyukai sudut pandang yang dominan. Dalam proses diskusi kelompok muncul pendapat-pendapat yang hadir di dalam dan dan mereka sendiri (dalam Myers, 2012:382).
Sedangkan pengaruh normatif adalah pengaruh yang didasarkan pada hasrat seseorang untuk diterima atau dikagumi oleh orang lain. Leon Festinger (1954) menyatakan adanya pengaruh dari social comparison (perbandingan sosial) dimana kita ingin mengevaluasi pendapat dan kemampuan dari diri kita sendiri dengan pandangan dan kemampuan orang lain (dalam Myers, 2012:383). Perbandingan-perbandingan ini dapat menimbulkan kesan yang salah tentang apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh orang lain (pluraristic ignorance) sehingga menimbulkan reaksi yang salah pula. Penolakan pluraristik (pluraristic ignorance) adalah kesan yang salah pada kebanyakan orang lain pikirkan atau rasakan atau bagaimana mereka merespons. Contohnya adalah ketika kita dan beberapa orang yang lain ingin mengadakan demonstrasi terhadap adanya ketidakadilan dari perusahaan, namun ternyata masing-masing tidak berani untuk menjadi pemimpin demostrasi karena ketakutan-ketakutan seperti resiko pemecatan, hukuman dan sebaginya. Sehingga akhirnya tidak ada yang mengawali untuk bergerak, padahal pada awalnya ada kesamaan pendapat tentang "ketidakadilan".
No comments:
Post a Comment