1. Teori Perkembangan Kelompok menurut Bennis & Sheppard (1956) dalam Sarwono (2001:11-21). Terdapat beberapa tahap dalam perkembangan kelompok yaitu:
A. Tahap Otoritas
a. Ketergantungan pada otoritas, dimana anggota kelompok mengharapkan arahan dari orang tertentu yang dianggap sebagai otoritasmisalnya pemandu, guru atau pelatih.
b. Pemberontakan, terjadi karena otoritas dianggap tidak lagi mampu mengatasi masalah. Dalam prosesnya terjadi saling tunjuk atau saling menyalahkan.
c. Pencairan, adalah diterimanya otoritas yang ada atau kelompok bubar, tidak berlanjut atau terpecah jika tidak ada otoritas baru.
B. Tahap Pribadi
a. Tahap harmoni, semua anggota kelompok senang, saling per-caya, saling memenuhi harapan serta produktivitas kelompok tinggi.
b. Tahap identitas pribadi, dimana terdapat tekanan pada masing-masing individu sehingga kelompok terbagi dua, antara yang pro status quo dengan yang kontra.
c. Tahap pencairan masalah pribadi, dimana kelompok sudah bisa saling menerima dan dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Teori Hubungan Pribadi (Schutz)
Teori ini disebut juga FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation Orientation Behaviour). Teori ini dipengaruhi oleh psikoanalisis dan intinya adalah kebutuhan dasar dalam hubungan antar individu. Menurut Schutz terdapat 3 macam kebutuhan manusia yaitu:
a. Kebutuhan Inklusi, adalah kebutuhan untuk terlibat dan termasuk dalam kelompok. Orang yang tidak cukup kebutuhan ini akan menjadi orang yang merasa dirinya tidak bermakna (insignificant).
b. Kebutuhan Kontrol, adalah kebutuhan akan arahan,petunjuk dan pedoman dalam berperilakudalam kelompok. Orang yang tidak tercukupi kebutuhan ini akan merasa sebagai orang yang tidak mampu (incompetent).
c. Kebutuhan Afeksi, adalah kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian dalam kelompok. Orang yang tidak cukup kebutuhan ini akan merasa dirinya tidak dicintai (unlovable).
Berbagai bentuk perilaku hubungan antarpribadi sehubungan dengan terpenuhi atau tidak tiga kebutuhan dasar adalah sebagai berikut:
A. Perilaku Inklusi
a. Perilaku Kurang Sosial (Undersocial Behaviour) misalnya malu, menarik diri, sulit menyesuaikan diri.
b. Perilaku Terlalu Sosial (Oversocial Behaviour), misalnya terlalu mementingkan teman, mau berkorban sekalipun merugikan dirinya sendiri dan sebagainya, agar orang mau melibatkan dia.
c. Perilaku Sosial, adalah cukup percaya diri, mampu menyesuaikan din dengan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.
B. Perilaku Kontrol
a. Perilaku Menurut (Abdicratic Behaviour), yaitu selalu mengikuti saja kata-kata orang lain, merasa dirinya tidak mampu berbuat jika tidak diberi petunjuk.
b. Perilaku Otokrat (Autocratic Behaviour), yaitu perilaku yang mengatur, cenderung memerintah dan mau menang sendiri.
c. Perilaku Demokrat (Democratic Behaviour), yaitu perilaku demo-kratis, mendengarkan pendapat orang lain, dan mempertimbang-kan pendapat tersebut sebelum mengambil keputusan.
d. Perilaku Patologik (Pathological Behaviour), misalnya gangguan perilaku (psikopat: tidak peduli meskipun perilakunya melanggar norma-norma dalam masyarakat) serta gangguan jiwa (obsesif-kompulsif : perilaku-perilaku ritual yang irasional misalnya selalu mencuci tangan atau selalu mengunci jendela, tanpa pelaku sendiri menyadari apa sebabnya).
C. Perilaku Afeksi
a. Perilaku Kurang Personal (Underpersonal Behaviour) yaitu menyamaratakan semua orang, menganggap orang sebagai benda.
b. Perilaku Terlalu Personal (Overpersonal Behaviour) yaitu perilaku yang terlalu memperhatikan orang lain, memberi kasih sayang yang berlebihan sehingga mengganggu orang yang diberi perhatian.
c. Perilaku Personal (Personal Behaviour) yaitu orang yang dapat menakar kasih sayang dan perhatian yang diberikan pada orang lain.
d. Perilaku Patologik (Pathological Behaviour) misalnya psiko-neurosis (cemas, gelisah tanpa alasan tertentu).
3. Teori Sintalitas Kelompok (Cattel)
Sintalitas (syntality) adalah kepribadian (personality) yang khusus digunakan untuk kelompok. Dasar pendapat Cattel adalah pandangan McDougall tentang kelompok yaitu:
a. Perilaku dan struktur kelompok yang khas tidak berubah walaupun anggotanya berganti-ganti.
b. Pengalaman-pengalaman kelompok direkam dalam ingatan.
c. Kelompok mampu berespons secara keseluruhan terhadap rangsang yang tertuju pada salah satu bagiannya.
d. Kelompok menunjukkan adanya dorongan-dorongan.
e. Kelompok menunjukkan informasi yang bervariasi.
f. Kelompok menunjukkan adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif (bersama).
Ada tiga dimensi dalam kelompok yaitu:
a. Dimensi Sifat-sifat Sintalitas, yaitu pengaruh dari keberadaan kelompok dan perilaku kelompok, baik terhadap kelompok maupun lingkungan. Misalnya agresivitas kelompok terhadap kelompok lain, kerjasama dengan kelompok lain serta perilaku kelompok terhadap lingkungan.
b. Dirnensi Struktur Kelompok, yaitu bagaimana hubungan antar anggota kelompok, perilaku-perilaku dalam kelompok dan organisasi kelompok. Misalnya kepemimpinan dalam kelompok, pembagian peran, status dan pola komunikasi dalam kelompok.
c. Dimensi Sifat Populasi, yaitu sifat rata-rata anggota kelompok, misalnya taraf intelegensi rata-rata anggota, keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sikap rata-rata terhadap berbagai masalah sosial.
No comments:
Post a Comment