Melihat realita, kita lihat ada orang tua yang berhasil dalam mendidik anak, ada juga yang gagal. Kegagalan orang tua dalam mendidik anak, umumnya karena kesalahan orang tua itu sendiri, yang kurang cakap dalam berhubungan dengan anaknya sendiri.
Tidak sedikit orang tua yang terus mengulang kesalahan secara turun-temurun, mengulang kesalahan dalam mendidik anak sebagaimana kesalahan orang tuanya dahulu dalam mendidik dirinya
Kalau melihat berbagai fakta yang ada di lapangan ada banyak sekali kesalahan-kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Sehingga hal ini menjadi “dosa” orang tua kepada anaknya sendiri. Berikut saya sebutkan dosa-dosanya itu:
1. Orang Tua ‘Pelit’ Memberi Pujian
Seorang pakar parenting menyebutkan bahwa kerusakan negara ini sekarang, berasal dari rumah. Banyak orang tua tidak sabaran terhadap anaknya, dan seringkali salah dalam bersikap yang benar. Contohnya yaitu orang tua mengancingkan baju anaknya, padahal anak butuh diajarkan dan dilatih untuk mengancingkan baju sendiri.
Selain itu, banyak orang tua yang justru dirinya yang mengerjakan PR sang anak. Perbuatan orang tua seperti ini mengakibatkan tidak menumbuhkan rasa percaya diri anak. Sikap ini adalah sebuah kesalahan, yang bisa fatal akibatnya bagi perkembagnan jiwa anak.
Lihatlah ketika anak didorong untuk mencoba mengancingkan baju sendiri, dirinya akan sangat bangga dan bahagia ketika berhasil mengancingkan baju sendiri. Perhatikan ketika anak dengan bahagianya mengatakan “Mama dari lima kancingku, aku bisa dua”. Orang tua akan melihat pancaran di wajah anaknya yang berseri-seri.
Banyak orang tua yang tidak sabar melihat anaknya yang sedang belajar memasang kancing. Sehingga dari sifat negatif orang tua inilah, yang memicu banyak orang tua pelit memberi pujian pada anaknya. Padahal pujian sangat diperlukan untuk memotivasi anak agar terus berkembang dan bersemangat.
Kalau dilihat praktek di lapangan, maka sangat jarang orangtua yang ‘berkenan’ untuk menggerakan lidahnya memberi pujian pada anak.
Bahkan, lebih buruk lagi, banyak orang tua yang justru ‘semangat’ sekali untuk mencela dan menghina anak ketika mereka melakukan kesalahan. Ini jelas tidak adil dan tidak seimbang.
2. Berlebihan Dalam Meberikan Pujian
Menurut sebuah penelitian, menemukan sebuah fakta bahwa orang tua yang terlalu sering memuji anak bisa membuat tumbuh kembang anak menjadi berjalan lambat.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan peneliti dari Universitas Inggris, Amerika dan Belanda, mengungkapkan bahwa terlalu sering memuji pada anak yang pemalu, bisa membuat jiwanya tertekan.
Demikian juga terlalu sering memuji anak yang mengalami kepercayaan diri yang rendah, juga membuat anak sangat tertekan. Kondisi anak tertekan ini terjadi akibat orang tua memberikan pujian secara tidak tepat dan tidak sesuai porsinya.
Dimana pujian yang diterimanya justru membuat anak akan berpikir harus tampil lebih baik, kondisi ini berimplikasi pada kondisi jiwa anak yang sulit berkembang dan takut pada tantangan.
Hasil penelitian telah memberikan sebuah kesimpulan, bahwa terlalu sering dan berlebihan dalam memberikan pujian pada anak, tidak efektif untuk perkembangan kemampuan dan jiwa anak.
3. Orang Tua Memberikan Pernyataan Negatif
Seringkali orang tua murka dan tidak dapat mengontrol emosinya ke anak. Misalnya orang tua ingin anak ikut materi ekstrakurikuler tertentu, ketika anak menolak maka serta merta orang tua menyemprot anak dengan perkataan yang tajam, seperti “Kamu seperti orang yang pemalu!”, “Kamu begitu malas!” dan semacamnya.
Bentuk pernyataan yang seperti ini akan melukai hati anak, yang akan terus anak rasakan dalam waktu yang panjang. Hendaknya orang tua mengatakan bentuk pernyataan yang positif.
Ganti perkataan negatif berupa: “Kamu bodoh!”; diganti dengan “Jika kamu belajar rajin, kamu akan mendapatkan nilai yang lebih baik. Sebetulnya kamu mampu untuk melakukannya.”
4. Orang Tua Terlalu Sering Memaksakan Kehendak
Belumlah tentu kehendak orang tua bisa sama keinginan anak. Sehingga sebuah kesalahan jika orang tua terlalu memaksakan kehendak pada anaknya. Respon anak yang umum terjadi ketika anak sering dipaksa pada hal yang dibencinya, adalah anak akan melakukan perlawanan pada orang tuanya.
Sebuah kesalahan besar ketika anak tidak pauh kepada orang tuanya, akan tetapi hal yang lebih buruk lagi ketika orang tua sendiri yang justru menjadi penyebab anak durhaka.
Jika oang tua ingin memaksakan sesuatu pada anak, maka penting untuk dipertimbangkan terlebih dahulu, “Apakah hal yang ingin dipaksakan ini adalah sesuatu yang darurat atau tidak?”
Jika Anda memaksa anak untuk melakukan sesuatu hal yang tidak penting, maka ini sebuah kesalahan besar. Sebelum memaksa anak, orang tua juga harus menyiapkan alasan kuat yang dapat memuaskan harti anak. Orang tua mampu mematahkan argumentasi naak secara cerdas dan bijak.
Adapun jika orang tua memaksa anak hanya karena egoisme semata, maka ini sebuah kekonyolan yang jangan sampai dilakukan.
Akibat orang tua terlalu sering memaksa anak dapat mengakibatkan anak sulit untuk memiliki pendirian yang kuat.
Anak yang sering menuruti kehendak orang tua dalam kondisi takut, dimana anak kesulitan untuk mengungkapkan gagasannya. Hal ini mengakibatkan anak cenderung tidak punya pendirian, sehingga sifatnya adalah menuruti semua kehendak orang lain.
Masalah ini akan terus berlanjut sampai dewasa, anak akan kesulitan dalam bergaul dengan orang-orang, serta akan kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini membuat karakternya lemah, dan sulit menjadi seorang pemimpin walaupun itu hanya pemimpin dalam sebuah kelompok kecil.
Bahaya lainnya dari anak yang terlalu sering dipaksa oleh orang tuanya, adalah anak juga akan memiliki sifat memaksa, hal ini akan diterapkan kepada lingkungnnya, baik itu teman-temannya, orang tuanya dan adiknya.
Sebagai contoh kesalahan orang tua, yaitu orang tua terlalu memforsir les pelajaran kepada anaknya, dimana anak DIPAKSA untuk les semua mata pelajaran, sehingg anak dalam setiap hari selalu ikut les.
Anak setiap hari harus berangkat les, walaupun sang anak terlihat sangat jenuh dan tidak kuat, tetapi orang tua terus memaksa. Hal ini bisa menyebabkan anak beresiko tinggi mengalami stres, karena anak dipaksa untuk melakukan hal-hal yang tidak disukainya.
Lain halnya jika anak sendiri yang suka dan bersemangat untuk les setiap hari, dari pagi hingga malam terus bersemangat belajar. Maka hal ini, bukan orang tua yang memaksa.
5. Orang Tua Menyuruh yang Tidak Dilakukannya
Hal yang sangat disayangkan, seringkali orang tua memberikan perintah yang ‘tidak bermakna’ kepada anaknya, dimana perintahnya tidak diimbangi dengan keeladanan. Sebagai contoh yang lucu sekaligus ngeselin, seorang bapak melarang anaknya yang masih SMP merokok. Akan tetapi si bapak malah menghabiskan dua bungkus rokok dalam sehari.
Contoh lainnya, seorang ibu menyuruh anaknya belajar, tetapi dirinya sendiri malah menonton TV acara infotaiment atau sinetron.
Perlu diketahui orang tua, seorang anak tidak akan bisa seperti yang diinginkan orang tuanya, apabila orang tuanya sendiri tidak mempraktekan hal-hal baik di depan anaknya sendiri.
Bagi anak, sebuah praktek nyata akan jauh lebih berpengaruh daripada hanya berupa perintah dan ceramah. Sehingga jadilah orang tua yang lidahnya adalah hatinya, serta ucapannya adalah perbuatannya.
Dalam sejarah perjalanan umat manusia, orang tua berhasil dalam mendidik anak berkat didikan berbentuk praktek keteladan langsung pada anaknya.
6. Memberi Label Buruk pada Anak
Hal ini yang sering terjadi secara tidak sadar pada orang tua. Dimana tidak jarang orang tua mengucapkan kalimat-kalimat ‘berbahaya’ yang merendahkan diri sang anak. Sebagai contoh mengatakan bahwa anak bodoh, goblok, gak ada gunanya dan berbagai kalimat menyakitkan lainnya.
Hal yang sangat jelek, yaitu orang tua memberikan cap pada anaknya dengan cap yang sangat buruk. Akibat anak sering dihina dan direndahkan maka anak akan menjadi sosok yang rendah diri dan tidak percaya diri.
Sebuah kesalahan besar orang tua, mengakibatkan anaknya tumbuh dengan ‘sejuta’ pikiran negatif. Adapun yang diperlukan anak adalah kata-kata motivasi yang akan menyemangatinya.
7. Orang Tua Melarang Anak Menangis
Ketika anak mengalami suatu masalah hingga anak menangis, baik masalah yang besar maupun masalah sepele menurut versi orang tua. Banyak kesalahan dilakukan orang tua saat kondisi seperti ini.
Ketika anak menangis, dimana kondisi kejiwaan anak sedang tertekan, labil dan tidak tenang. Maka seringkali orang tua jusru memarahinya lalu meminta anak untuk berhenti menangis.
Ini sebuah kesalahan... Hindari mengatakan atau mecela anak cengeng dan semacamnya. Kemudian orang tua tidak perlu memaska anak untuk berhenti menangis. Hal itu karena ketika menangis, hakekatnya anak sedang menumpahkan perasaannya, sehingga nantinya hatinya lega. Lagi pula setelah capek, anak akan berhenti menangis.
Menangis adalah sesuatu yang wajar bagi manusia. Sehingga jangan sampai orang tua menanamkan pemahaman aneh pada anak bahwa menangis adalah sesuatu yang tabu. Padahal menangis itu --seperti dikatakan psikolog-- merupakan ekspresi dari emosi tertentu yang dimiliki oleh setiap manusia.
Yang perlu dilakukan orang tua adalah menayakan dengan tenang tentang penyebab sang anak menangis. Lalu berikan rasa simpati padanya.
8. Membanding-bandingkan Anak Dengan Anak Lainnya
Membandingkan anak sendiri bahwa anak tetangga lebih baik dari dirinya, ataupun mengatakan “Lihat kakakmu nilainya bagus-bagus, Kamu jeblok semua nilanya? Dan kalimat semacanya.
Anak yang suka dibanding-bandingkan dengan anak lainnya yang lebih pintar atau bagus nilainya, maka dirinya akan merasa seperti tidak diterima oleh orang tuanya sendiri. Hal ini berbahaya, karena anak akan merasa tidak bahagia di tengah keluarganya sendiri.
Sehingga akhirnya anak mencoba mencari tempat ‘kebahagiaan’ di luar rumah. Anak akan rentan dengan tempat-tempat buruk, seperti berada di tempat nogkrong gak jelas dan merusak, anak merokok, alkohol, narkoba, dll.
9. Orang Tua Menumbuhkan Rasa Takut & Minder Pada Anak
Tidak jarang orang tua yang memberikan gambaran menakutkannya tentang hantu, jin dan lainnya. Hal ini tidak baik, karena bia menyebabkan anak tumbuh menjadi sosok seorang yang penakut. Bahkan ada anak yang takut pada bayangannya sendiri. Hal ini akan sangat merugikan proses tumbuh kembang anak.
Yang sering terjadi, anak takut ke kamar mandi karena mendengar cerita hal-hal yang khurofat atau tidak benar. Contoh lainnya ketika anak terluka, maka jangan membuat panik yang membuat anak semakin ketakutan psikologisnya. Hendaknya orang tua tetap tenang dan menampakkan wajah yang kalem.
10. Mendidik Anak Menjadi Sosok yang Sombong dan Keras Hati
Kesalahan di poin ke-10 ini adalah kebalikan dari kesalahan orang tua yang mengakibatkan anak menjadi penakut. Kesalahannya yaitu orang tua ‘mendoktrin’ anak bahwa orang yang berani maka harus bersikap sombong atau congkak.
Yang benar adalah sikap berani harus pada tempatnya, demikian juga rasa takut pada tempatnya yang tepat.
Misalnya takut berbohong, maka hal ini benar dilakukan karena bohong merupakan ‘kegelapan’ dosa besar. Hal ini termasuk bohong yang hanya karena ingin bergurau / becanda saja, maka ini juga tidak boleh (sebagaimana yang tercantum pada hadist Nabi).
Adapun anak dididik menjadi berani pada hal-hal yang seseorang harus berani padanya, seperti anak tidak boleh takut untuk maju ke depan kelas, tidak takut mengungkapkan pendapatnya yang bagus, dan semacamnya.
11. Membiasakan Anak-Anak Hidup Manja dan Berfoya-Foya
Anak yang tumbuh dalam kemewahan maka dirinya hanya mengenal bersenang-senang saja. Hal ini tidaklah baik, karena dalam hidup ini setiap orang pasti akan melewati cobaan, yang untuk melewatinya butuh kesabaran dan kekuatan hati.
Termasuk sebuah kesalahan, orang tua selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, walaupun hal itu buruk bagi si anak.
Contoh sederhana, si anak minta dibelikan tas baru yang sedang trend, padahal si anak baru bulan lalu membeli tas baru. Sehingga, kebiasaan ini membuat anak nantinya memiliki sifat suka menghambur-hamburkan uang saat dewasanya. Hal ini menjadi bumerang bagi si anak, akibat ulah orang tuanya sendiri yang berlebihan dalam memanjakan anak.
Ingat! Memanjakan boleh bahkan ‘harus’, yang tidak boleh adalah berlebihan dalam memanjakan anak. Karena membuat anak menjadi sosok yang lemah.
12. Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Anak
Ini yang juga tidak jarang terjadi, anak dipukul hingga memar, memarahi anak secara membabi buta, menghina harga diri anak, dan semacamnya. Hal ini sangatlah buruk jika dilakukan orang tua. Bahkan, ketika sang anak tidak sengaja berbuat salah, maka tidak diberikan pemakluman / toleransi sama sekali. Terlalu keras dan kaku dalam mendidik anak, justru membuat anak sulit untuk menjadi sosok yang cerdas.
13. Orang Tua Tidak Mampu Untuk Mengasihi Dan Menyayangi Anak
Hal ini yang membuat anak akhirnya akan mencari kasih-sayang dan perhatian di luar rumah. Masalah ini sangat sering terjadi. Yang akhirnya menjadi faktor terbesar yang mengakibatkan anak terjerumus dalam jurang pergaulan bebas, minuman keras dan narkoba.
Oleh karena itu, seorang bapak selain harus hebat dalam mencari uang, juga harus hebat dalam memberikan kasih sayang pada anak-anaknya.
14. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ini kebalikan dari orang tua yang boros. Seorang bapak yang pelit, selain menyengsarakan dirinya juga menyengsarakan keluarganya, karena kebijakan ‘pelitnya’ juga diterapkan pada istri dan anak-anaknya. Hal ini mengakibatkan anak-anaknya akan tidak terpenuhi kebutuhan pentingnya. Hal inilah yang memicu anak-anak berpikir untuk mencuri uang.
15. Orang Tua Minim Pehahaman Tentang Ajaran Agama
Wajib bagi orang tua memberikan pendidikan agama secara benar pada anak-anaknya. Anak-anak harus diajarkan untuk bisa mengenal tuhan yang menciptakan dirinya, yaitu Allah yang Maha Besar. Sehingga anak menjadi sosok yang taat kepada Allah.
Bagaimana seorang bapak bisa mengajari ilmu agama pada anaknya, jika dirinya saja tidak bisa membaca Al-Quran dan tidak mengetahui pokok-pokok agama?
Sebuah kesalahan fatal orang tua yang hanya memperhatikan jasmani anaknya saja. Karena kebutuhan buhan hanya jasmani, tetapi juga hati perlu diberikan gizi berupa ajaran agama yang benar.
Sehingga orang tua yang tidak mengajarkan ajaran Agama Islam kepada anaknya dengan benar, hakekatnya orang tua belum memberikan APA-APA pada anaknya.
Tidak sedikit orang tua yang terus mengulang kesalahan secara turun-temurun, mengulang kesalahan dalam mendidik anak sebagaimana kesalahan orang tuanya dahulu dalam mendidik dirinya
Sumber gambar: Maxpixel.Freegreatpicture.com |
Kalau melihat berbagai fakta yang ada di lapangan ada banyak sekali kesalahan-kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Sehingga hal ini menjadi “dosa” orang tua kepada anaknya sendiri. Berikut saya sebutkan dosa-dosanya itu:
1. Orang Tua ‘Pelit’ Memberi Pujian
Seorang pakar parenting menyebutkan bahwa kerusakan negara ini sekarang, berasal dari rumah. Banyak orang tua tidak sabaran terhadap anaknya, dan seringkali salah dalam bersikap yang benar. Contohnya yaitu orang tua mengancingkan baju anaknya, padahal anak butuh diajarkan dan dilatih untuk mengancingkan baju sendiri.
Selain itu, banyak orang tua yang justru dirinya yang mengerjakan PR sang anak. Perbuatan orang tua seperti ini mengakibatkan tidak menumbuhkan rasa percaya diri anak. Sikap ini adalah sebuah kesalahan, yang bisa fatal akibatnya bagi perkembagnan jiwa anak.
Lihatlah ketika anak didorong untuk mencoba mengancingkan baju sendiri, dirinya akan sangat bangga dan bahagia ketika berhasil mengancingkan baju sendiri. Perhatikan ketika anak dengan bahagianya mengatakan “Mama dari lima kancingku, aku bisa dua”. Orang tua akan melihat pancaran di wajah anaknya yang berseri-seri.
Banyak orang tua yang tidak sabar melihat anaknya yang sedang belajar memasang kancing. Sehingga dari sifat negatif orang tua inilah, yang memicu banyak orang tua pelit memberi pujian pada anaknya. Padahal pujian sangat diperlukan untuk memotivasi anak agar terus berkembang dan bersemangat.
Kalau dilihat praktek di lapangan, maka sangat jarang orangtua yang ‘berkenan’ untuk menggerakan lidahnya memberi pujian pada anak.
Bahkan, lebih buruk lagi, banyak orang tua yang justru ‘semangat’ sekali untuk mencela dan menghina anak ketika mereka melakukan kesalahan. Ini jelas tidak adil dan tidak seimbang.
2. Berlebihan Dalam Meberikan Pujian
Menurut sebuah penelitian, menemukan sebuah fakta bahwa orang tua yang terlalu sering memuji anak bisa membuat tumbuh kembang anak menjadi berjalan lambat.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan peneliti dari Universitas Inggris, Amerika dan Belanda, mengungkapkan bahwa terlalu sering memuji pada anak yang pemalu, bisa membuat jiwanya tertekan.
Demikian juga terlalu sering memuji anak yang mengalami kepercayaan diri yang rendah, juga membuat anak sangat tertekan. Kondisi anak tertekan ini terjadi akibat orang tua memberikan pujian secara tidak tepat dan tidak sesuai porsinya.
Dimana pujian yang diterimanya justru membuat anak akan berpikir harus tampil lebih baik, kondisi ini berimplikasi pada kondisi jiwa anak yang sulit berkembang dan takut pada tantangan.
Hasil penelitian telah memberikan sebuah kesimpulan, bahwa terlalu sering dan berlebihan dalam memberikan pujian pada anak, tidak efektif untuk perkembangan kemampuan dan jiwa anak.
3. Orang Tua Memberikan Pernyataan Negatif
Seringkali orang tua murka dan tidak dapat mengontrol emosinya ke anak. Misalnya orang tua ingin anak ikut materi ekstrakurikuler tertentu, ketika anak menolak maka serta merta orang tua menyemprot anak dengan perkataan yang tajam, seperti “Kamu seperti orang yang pemalu!”, “Kamu begitu malas!” dan semacamnya.
Bentuk pernyataan yang seperti ini akan melukai hati anak, yang akan terus anak rasakan dalam waktu yang panjang. Hendaknya orang tua mengatakan bentuk pernyataan yang positif.
Ganti perkataan negatif berupa: “Kamu bodoh!”; diganti dengan “Jika kamu belajar rajin, kamu akan mendapatkan nilai yang lebih baik. Sebetulnya kamu mampu untuk melakukannya.”
4. Orang Tua Terlalu Sering Memaksakan Kehendak
Belumlah tentu kehendak orang tua bisa sama keinginan anak. Sehingga sebuah kesalahan jika orang tua terlalu memaksakan kehendak pada anaknya. Respon anak yang umum terjadi ketika anak sering dipaksa pada hal yang dibencinya, adalah anak akan melakukan perlawanan pada orang tuanya.
Sebuah kesalahan besar ketika anak tidak pauh kepada orang tuanya, akan tetapi hal yang lebih buruk lagi ketika orang tua sendiri yang justru menjadi penyebab anak durhaka.
Jika oang tua ingin memaksakan sesuatu pada anak, maka penting untuk dipertimbangkan terlebih dahulu, “Apakah hal yang ingin dipaksakan ini adalah sesuatu yang darurat atau tidak?”
Jika Anda memaksa anak untuk melakukan sesuatu hal yang tidak penting, maka ini sebuah kesalahan besar. Sebelum memaksa anak, orang tua juga harus menyiapkan alasan kuat yang dapat memuaskan harti anak. Orang tua mampu mematahkan argumentasi naak secara cerdas dan bijak.
Adapun jika orang tua memaksa anak hanya karena egoisme semata, maka ini sebuah kekonyolan yang jangan sampai dilakukan.
Akibat orang tua terlalu sering memaksa anak dapat mengakibatkan anak sulit untuk memiliki pendirian yang kuat.
Anak yang sering menuruti kehendak orang tua dalam kondisi takut, dimana anak kesulitan untuk mengungkapkan gagasannya. Hal ini mengakibatkan anak cenderung tidak punya pendirian, sehingga sifatnya adalah menuruti semua kehendak orang lain.
Masalah ini akan terus berlanjut sampai dewasa, anak akan kesulitan dalam bergaul dengan orang-orang, serta akan kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini membuat karakternya lemah, dan sulit menjadi seorang pemimpin walaupun itu hanya pemimpin dalam sebuah kelompok kecil.
Bahaya lainnya dari anak yang terlalu sering dipaksa oleh orang tuanya, adalah anak juga akan memiliki sifat memaksa, hal ini akan diterapkan kepada lingkungnnya, baik itu teman-temannya, orang tuanya dan adiknya.
Sebagai contoh kesalahan orang tua, yaitu orang tua terlalu memforsir les pelajaran kepada anaknya, dimana anak DIPAKSA untuk les semua mata pelajaran, sehingg anak dalam setiap hari selalu ikut les.
Anak setiap hari harus berangkat les, walaupun sang anak terlihat sangat jenuh dan tidak kuat, tetapi orang tua terus memaksa. Hal ini bisa menyebabkan anak beresiko tinggi mengalami stres, karena anak dipaksa untuk melakukan hal-hal yang tidak disukainya.
Lain halnya jika anak sendiri yang suka dan bersemangat untuk les setiap hari, dari pagi hingga malam terus bersemangat belajar. Maka hal ini, bukan orang tua yang memaksa.
5. Orang Tua Menyuruh yang Tidak Dilakukannya
Hal yang sangat disayangkan, seringkali orang tua memberikan perintah yang ‘tidak bermakna’ kepada anaknya, dimana perintahnya tidak diimbangi dengan keeladanan. Sebagai contoh yang lucu sekaligus ngeselin, seorang bapak melarang anaknya yang masih SMP merokok. Akan tetapi si bapak malah menghabiskan dua bungkus rokok dalam sehari.
Contoh lainnya, seorang ibu menyuruh anaknya belajar, tetapi dirinya sendiri malah menonton TV acara infotaiment atau sinetron.
Perlu diketahui orang tua, seorang anak tidak akan bisa seperti yang diinginkan orang tuanya, apabila orang tuanya sendiri tidak mempraktekan hal-hal baik di depan anaknya sendiri.
Bagi anak, sebuah praktek nyata akan jauh lebih berpengaruh daripada hanya berupa perintah dan ceramah. Sehingga jadilah orang tua yang lidahnya adalah hatinya, serta ucapannya adalah perbuatannya.
Dalam sejarah perjalanan umat manusia, orang tua berhasil dalam mendidik anak berkat didikan berbentuk praktek keteladan langsung pada anaknya.
6. Memberi Label Buruk pada Anak
Hal ini yang sering terjadi secara tidak sadar pada orang tua. Dimana tidak jarang orang tua mengucapkan kalimat-kalimat ‘berbahaya’ yang merendahkan diri sang anak. Sebagai contoh mengatakan bahwa anak bodoh, goblok, gak ada gunanya dan berbagai kalimat menyakitkan lainnya.
Hal yang sangat jelek, yaitu orang tua memberikan cap pada anaknya dengan cap yang sangat buruk. Akibat anak sering dihina dan direndahkan maka anak akan menjadi sosok yang rendah diri dan tidak percaya diri.
Sebuah kesalahan besar orang tua, mengakibatkan anaknya tumbuh dengan ‘sejuta’ pikiran negatif. Adapun yang diperlukan anak adalah kata-kata motivasi yang akan menyemangatinya.
7. Orang Tua Melarang Anak Menangis
Ketika anak mengalami suatu masalah hingga anak menangis, baik masalah yang besar maupun masalah sepele menurut versi orang tua. Banyak kesalahan dilakukan orang tua saat kondisi seperti ini.
Ketika anak menangis, dimana kondisi kejiwaan anak sedang tertekan, labil dan tidak tenang. Maka seringkali orang tua jusru memarahinya lalu meminta anak untuk berhenti menangis.
Ini sebuah kesalahan... Hindari mengatakan atau mecela anak cengeng dan semacamnya. Kemudian orang tua tidak perlu memaska anak untuk berhenti menangis. Hal itu karena ketika menangis, hakekatnya anak sedang menumpahkan perasaannya, sehingga nantinya hatinya lega. Lagi pula setelah capek, anak akan berhenti menangis.
Menangis adalah sesuatu yang wajar bagi manusia. Sehingga jangan sampai orang tua menanamkan pemahaman aneh pada anak bahwa menangis adalah sesuatu yang tabu. Padahal menangis itu --seperti dikatakan psikolog-- merupakan ekspresi dari emosi tertentu yang dimiliki oleh setiap manusia.
Yang perlu dilakukan orang tua adalah menayakan dengan tenang tentang penyebab sang anak menangis. Lalu berikan rasa simpati padanya.
8. Membanding-bandingkan Anak Dengan Anak Lainnya
Membandingkan anak sendiri bahwa anak tetangga lebih baik dari dirinya, ataupun mengatakan “Lihat kakakmu nilainya bagus-bagus, Kamu jeblok semua nilanya? Dan kalimat semacanya.
Anak yang suka dibanding-bandingkan dengan anak lainnya yang lebih pintar atau bagus nilainya, maka dirinya akan merasa seperti tidak diterima oleh orang tuanya sendiri. Hal ini berbahaya, karena anak akan merasa tidak bahagia di tengah keluarganya sendiri.
Sehingga akhirnya anak mencoba mencari tempat ‘kebahagiaan’ di luar rumah. Anak akan rentan dengan tempat-tempat buruk, seperti berada di tempat nogkrong gak jelas dan merusak, anak merokok, alkohol, narkoba, dll.
9. Orang Tua Menumbuhkan Rasa Takut & Minder Pada Anak
Tidak jarang orang tua yang memberikan gambaran menakutkannya tentang hantu, jin dan lainnya. Hal ini tidak baik, karena bia menyebabkan anak tumbuh menjadi sosok seorang yang penakut. Bahkan ada anak yang takut pada bayangannya sendiri. Hal ini akan sangat merugikan proses tumbuh kembang anak.
Yang sering terjadi, anak takut ke kamar mandi karena mendengar cerita hal-hal yang khurofat atau tidak benar. Contoh lainnya ketika anak terluka, maka jangan membuat panik yang membuat anak semakin ketakutan psikologisnya. Hendaknya orang tua tetap tenang dan menampakkan wajah yang kalem.
10. Mendidik Anak Menjadi Sosok yang Sombong dan Keras Hati
Kesalahan di poin ke-10 ini adalah kebalikan dari kesalahan orang tua yang mengakibatkan anak menjadi penakut. Kesalahannya yaitu orang tua ‘mendoktrin’ anak bahwa orang yang berani maka harus bersikap sombong atau congkak.
Yang benar adalah sikap berani harus pada tempatnya, demikian juga rasa takut pada tempatnya yang tepat.
Misalnya takut berbohong, maka hal ini benar dilakukan karena bohong merupakan ‘kegelapan’ dosa besar. Hal ini termasuk bohong yang hanya karena ingin bergurau / becanda saja, maka ini juga tidak boleh (sebagaimana yang tercantum pada hadist Nabi).
Adapun anak dididik menjadi berani pada hal-hal yang seseorang harus berani padanya, seperti anak tidak boleh takut untuk maju ke depan kelas, tidak takut mengungkapkan pendapatnya yang bagus, dan semacamnya.
11. Membiasakan Anak-Anak Hidup Manja dan Berfoya-Foya
Anak yang tumbuh dalam kemewahan maka dirinya hanya mengenal bersenang-senang saja. Hal ini tidaklah baik, karena dalam hidup ini setiap orang pasti akan melewati cobaan, yang untuk melewatinya butuh kesabaran dan kekuatan hati.
Termasuk sebuah kesalahan, orang tua selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, walaupun hal itu buruk bagi si anak.
Contoh sederhana, si anak minta dibelikan tas baru yang sedang trend, padahal si anak baru bulan lalu membeli tas baru. Sehingga, kebiasaan ini membuat anak nantinya memiliki sifat suka menghambur-hamburkan uang saat dewasanya. Hal ini menjadi bumerang bagi si anak, akibat ulah orang tuanya sendiri yang berlebihan dalam memanjakan anak.
Ingat! Memanjakan boleh bahkan ‘harus’, yang tidak boleh adalah berlebihan dalam memanjakan anak. Karena membuat anak menjadi sosok yang lemah.
12. Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Anak
Ini yang juga tidak jarang terjadi, anak dipukul hingga memar, memarahi anak secara membabi buta, menghina harga diri anak, dan semacamnya. Hal ini sangatlah buruk jika dilakukan orang tua. Bahkan, ketika sang anak tidak sengaja berbuat salah, maka tidak diberikan pemakluman / toleransi sama sekali. Terlalu keras dan kaku dalam mendidik anak, justru membuat anak sulit untuk menjadi sosok yang cerdas.
13. Orang Tua Tidak Mampu Untuk Mengasihi Dan Menyayangi Anak
Hal ini yang membuat anak akhirnya akan mencari kasih-sayang dan perhatian di luar rumah. Masalah ini sangat sering terjadi. Yang akhirnya menjadi faktor terbesar yang mengakibatkan anak terjerumus dalam jurang pergaulan bebas, minuman keras dan narkoba.
Oleh karena itu, seorang bapak selain harus hebat dalam mencari uang, juga harus hebat dalam memberikan kasih sayang pada anak-anaknya.
14. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ini kebalikan dari orang tua yang boros. Seorang bapak yang pelit, selain menyengsarakan dirinya juga menyengsarakan keluarganya, karena kebijakan ‘pelitnya’ juga diterapkan pada istri dan anak-anaknya. Hal ini mengakibatkan anak-anaknya akan tidak terpenuhi kebutuhan pentingnya. Hal inilah yang memicu anak-anak berpikir untuk mencuri uang.
15. Orang Tua Minim Pehahaman Tentang Ajaran Agama
Wajib bagi orang tua memberikan pendidikan agama secara benar pada anak-anaknya. Anak-anak harus diajarkan untuk bisa mengenal tuhan yang menciptakan dirinya, yaitu Allah yang Maha Besar. Sehingga anak menjadi sosok yang taat kepada Allah.
Bagaimana seorang bapak bisa mengajari ilmu agama pada anaknya, jika dirinya saja tidak bisa membaca Al-Quran dan tidak mengetahui pokok-pokok agama?
Sebuah kesalahan fatal orang tua yang hanya memperhatikan jasmani anaknya saja. Karena kebutuhan buhan hanya jasmani, tetapi juga hati perlu diberikan gizi berupa ajaran agama yang benar.
Sehingga orang tua yang tidak mengajarkan ajaran Agama Islam kepada anaknya dengan benar, hakekatnya orang tua belum memberikan APA-APA pada anaknya.
No comments:
Post a Comment