Matrial Composite
The Nature of Composite
Material composite memperluas wawasan
designer di seluruh cabang teknik. Dengan composite, seseorang dapat membuat
material yang lebih tough dan lebih ringan sesuai dengan properties yang
dibutuhkan.
Konsep composite bukanlah merupakan
penemuan manusia. Sebagai contoh: wood merupakan composite yang terdiri dari
satu spesies polymer. Bone, teeth, dan molluse shells merupakan composite yang
alami, mengkombinasikan hard ceramic reinforcing phases dalam matric polymer
organic yang alami. Concret merupakan contoh klasik ceramic composite dengan
partikel pasir (sand) dan aggregate of graded sizes dalam matrik hydrated
Portland cement.
Perluasan prinsip penggabungan metal,
ceramics, dan polymer membentuk fibre composite – reinforced plastics seperti
CFRP (Carbon Fibre Reinforced Plastic) dan GRP (Glass Fibre Reinforced
Plastics), metal matrix composite (MMC) seperti silicon carbide fibre
reinforced aluminium, dan ceramic matrix composite (CMC) seperti carbon fiber
reinforced glass.
Conventional
Materials and their Limitations
·
Plastic: merupakan material yang low
density. Merupakan chemical resistance
yang baik untuk jangka pendek tapi kurang dalam thermal stability. Poor
mechanical properties, tapi mudah untuk difabrikasi dan digabung (join)
·
Ceramics: merupakan material yang low density.
Memiliki thermal stability yang baik dan tahan terhadap abrasi, korosi dan
penggunaan. Mudah pecah (brittle) dan ada kesulitan untuk dibentuk (can be
formed and shaped only with difficulty)
·
Metals: high density, good thermal stability,
good corrosion resistant by alloying, useful mechanical properties dan high
toughness, mudah untuk dibentuk dan digabung. Konsekuensi yang besar terhadap
ductility dan resistance to cracking
Strong
Fibres
Jika ukuran yang cacat bisa
dikurangi pada proses manufaktur, maka tingkat kekuatan bahan dapat
ditingkatkan dan variabilitasnya dapat dikurangi. Elemen yang banyak memenuhi
kebutuhan adalah carbon, boron, dan silicon. Penemuan carbon fibres pada Royal
Aircraft Establishment, Farnborough, UK, dan pengembangan boron fibres yang
berkekuatan tinggi di Texaco, USA, menghasilkan penelitian yang cepat dan luas
untuk mengeksploitasi material filament dalam engineering composite. High
performance reinforcing filaments diantaranya Al2O3, silicon carbide (SiC) dan
silicon Nitride (Si3N4), dan merupakan ceramic fibres yang penting. Sedangkan
polymeric fibres adalah polyethylene dan polyamides. Reinforcing fibres memberikan composite material yang berkekuatan dan
berkakuan tinggi dengan dikombinasikan dengan low density.
Table 1. Properties of Reinforcing Fibres
Bagian ini membahas beberapa jenis
strong fibres yakni:
a.
Glass fibres dibuat dengan proses molten glass
kemudian melindungi dengan hard surface atau atmosphere agar tidak mengalami
struktur cacat. Penggunaan volume yang paling besar dari composite material
melibatkan E-glass sebagai reinforcement. S-glass (R-glass di France) memiliki
properties yang lebih baik dibandingkan dengan E-glass, termasuk thermal
stability yang lebih baik, tapi dari segi biaya memang lebih mahal.
b.
Carbon fibres dibuat dengan cara mengoksidasi
dan pyrolysing textile fibres seperti polyarcrylonitrile (PAN) dan menghindari
penyusunan paa tahapan awal dari proses degradasi, kemudian dilakukan
hot-stretching à
didapatkan carbon filament dengan elastic modulus. Sebelum dijual, fibres
biasanya dilakukan surface treated dengan chemical atau electrolytic oxidation
method agar meningkatkan kualitas adhesi antara fibre dengan matrix dalam
composite. Dengan bergantung pada kondisi proses, mechanical properties yang
beraneka ragam bisa didapatkan, dan fibres dapat dipilih sesuai dengan
composite properties yang diinginkan. Carbon fibre biasanya mahal.
c.
Silicon carbide: continuous SiC monofilament
pertama kali dihasilkan oleh pyrolytic decomposition of gaseous sialnes ke fine
filament dari carbon atau tungsten. Ini merupakan fibres yang tebal dengan
ukuran diameter 100µm, dan ini merupakan ketertarikan utama pabrikan
(manufacturer) metal dan ceramic matrix composite. Memiliki permukaan yang
kasar (rough surface), membuat good fibre/matrix adhesion. Stabil sebagai
reinforcement untuk MMC yang berbasiskan aluminium dan copper meskipun thermal
stabilitynya akan berkurang dalam jangka waktu yang cukup panjang. . Hal ini
dapat diatasi dengan mengurangi oksigen dan menambahkan titanium
d.
Alumina dan alumina/silica compounds, seperti
halnya SiC, fibre ini memiliki permukaan yang kasar dan berpotensi sebagai
reinforcement yang cocok untuk logam seperti aluminium dan magnesium karena
chemical inertness (lambat dalam proses kimia), high temperature stability, dan
kemampuannya untuk membnetuk ikatan yang baik dengan matrix alloys. Alternative
lain untuk alumina based reinforcement dikenal dengan Saffil, δ-Al2O3.
Saffil ini mengandung impurities (ketidakmurnian) sehingga memiliki keuntungan
dalam memproses MMC dalam merespon kebutuhan reinforcing filament yang lebih
murah.
e.
Organic fibres, bulk polymer memiliki elastic
moduli tidak lebih besar dari 100 MPa, tetapi bila polymer dituang dalam fibre
dan cold drawn, maka akan menuju ke high degree of molecular orientation dalam
kekuatan dan rigidity dapat dicapai. Organic fibres memiliki mechanical
properties yang lebih baik dibandingkan dengan inorganic fibre, dan juga tidak
mudah patah (brittle). Organic fibre lainnya adalah aramid yang dikenal dalam
dunia industry sebagai Kevlar-49. Keterbatasan aramid adalah sensitive terhadap
kelembaban.
Composite material
merupakan alternative yang menarik karena lebih murah dibandingkan dengan
conventional materials. Fibre dalam bentuk chopped form dapat diatur dalam
composite sehingga bisa memiliki kekuatan dan kekakuan yang tinggi.
The Scope for Reinforcement of Conventional
Materials
Functions
of the Matrix
·
Matrix mengikat fibre secara bersama – sama
·
Matrix harus mengisolasi fibre satu sama lain
sehingga bisa bertindak sebagai entity yang terpisah, dengan ini crack tidak
bisa terjadi
·
Matrix melindungi reinforcing element dari
kerusakan secara mekanis seperti abrasi dan dari kerusakan lingkungan
·
Ductile matrix akan memberikan efek perlambatan
atau pemberhentian crack yang bisa menyebabkan fibre patah
·
Matrix dapat meningkatkan toughness composite
·
Dibandingkan dengan reinforcing filament
lainnya, matrix adalah bahan yang lemah dan fleksible; kekuatannya dan
modulinya sering diabaikan dalam menghitung composite properties.
The
Combining of Materials
Masalah yang dihadapi oleh pabrikan
dalam memproduksi composite adalah mengembangkan metode yang sesuai untuk
mengkombinasikan matrix dan reinforcement agar didapat bentuk yang diinginkan
dari komponen dengan properties yang tepat untuk kebutuhan design
Reinforcement architecture yang
menentukan karakteristik beban dari composite fibred an perancangan composite
yang modern dapat dibuat dan difinalkan dengan sebuah proses manufaktur. Contoh
proses ini adalah Resin Transfer Moulding (RTM).
Saat ini banyak logam, polymer dan
creaming proses yang diadaptasi untuk composite yakni:
a.
FRP – fibre reinforced plastics
b.
MMC – metal matrix composite
c.
CMC – ceramic matrix composite
RTM proses untuk FRP berhubungan
dengan liquid – metal infiltration process yang digunakan untuk poroses MMC;
sedangkan yang berhubungan dengan sol-gel process untuk CMC.
Manufacturing
Processes
Polymer – matrix composites
Permasalahan utama untuk
menggabungkan fibre dengan matrix tergantung pada kombinasi skala dan geometri
struktur yang akan diproses manufaktur.
Material thermoplastics dibuat
dengan injection moulding of granules of material dimana chopped fibres dan
matrix telah disenyawakan.
Continuous fibre thermoset
dihasilkan dengan metode yang berbeda, dapat dibuat dengan winding fibres atau
tapes soaked dengan pre-catalysed resin ke dalam mandrel.
Large
panels and relatively complex open structural shapes secara mudah dibentuk
dengan hot pressing sheets of
pre-impregnated fibres atau cloth between flat or shaped planes, atau by vacuum autoclaving dengan bantuan
tekanan atmosfir untuk mengkonsolidasikan tumpukan prepreg sheets against a heated, shaped die
Untuk struktur yang kompleks seperti
aeronatuctical / kedirgantaraan,hubungan antara computer based design
procedures dan robotic atau computer controlled manufacturing process telah
memperbaiki / meningkatkan production engineering composites
Proses lain untuk menghasilkan
moulding yang berkualitas tinggi yang berbentuk rumit adalah dengan resin
transfer moulding (RTM).
Jenis senyawa moudling thermoset
yang penting dalam perdagangan adalah polyester dough moulding compounds (DMC)
yang terdiri dari chopped glass fibres yang dicampurkan ke dalam adonan dengan
pre-catalysed resin dan jumlah yang cukup banyak inert filler seperti kapur.
Metal Matrix Composite (MMC)
Atribut dasar metal reinforced
dengan partikel hard ceramic atau fibre dapat meningkatkan kekuatan dan
kekakuan, improved creep dan fatigue resistance, meningkatkan kekerasan,
resistance terhadap pemakaian dan abrasi, dapat memungkinkan beroperasi pada
suhu tinggi dibandingkan dengan unreinforced metal atau competing reinforced
plastics. Properties ini menawarkan potensi untuk eksploitasi dalam aplikasi
mesin dan pipa termasuk compressor, vane dan rotor, piston sleeves dan inserts,
connecting rods, dsb.
Teknik yang ada adalah:
-
Unidirectional solidification of eutectics or
other constitutionally appropriate alloy
-
Liquid metal infiltration, often under vacuum,
of pre packed fibre bundles or other performs
-
Liquid phase infiltration during hot pressing of
powder compacts container whiskers or fibre bundles
-
Hot pressing of compacts consisting of matrix
alloy shets wrapped of interleaved with arrays of reinforcing wires
-
Hot pressing or drawing of wires pre-coated with
the matrix alloy (eq. by electroplating, plasma spraying or chemical vapor
deposition (CVI))
-
Co-extrusion of prepared composite billets
Produk yang membutuhkan continuous
reinforcement, seperti boron / aluminium composite panels masuk dalam
pertimbangan aplikasi aerospace lebih cenderung untuk diproduksi solid state
processes, seperti diffusion bonding atau hot pressing dimana critical
pressure/time/temperature diperlukan untuk mendapatkan kualitas yang
diinginkan.
Ceramic Matrix Composite (CMC)
Proses fabrikasi merupakan proses
yang kompleks dan diperlukan untuk dioptimasi karena kesensitifan material
properties terhadap microstructure controlled dengan kondisi proses dan
interaksi. CMC di US, Japan, dan Europe mencoba untuk reinforce glasses
(seperti borosilicates) dan glass ceramic seperti lithium aluminosilicate (LAS)
dan calcium aluminosilicate (CAS) dengan fibre seperti Nicalon dan Tyranno Silicon
Carbide.
Peningkatan yang penting dalam
mechanical properties telah dicapai dengan perbandingan carbon fibre / glass
composites. Fibre ini biasanya diisi dengan fine glass powder dan di-hot press.
Hybrid Composites
Composite ini kebanyakan berhubungan
dengan fibre reinforced materials, biasanya resin based, dimana 2 type fibre
digabung menjadi sebuah matrix agar diperoleh mutu yang lebih baik. Kombinasi
material yang tidak serupa dapat digolongkan sebagai hybrid. Contohnya adalah
kombinasi lembaran aluminium alloy dengan laminate of fibre reinforced resin à
ARALL (aramid-reinforced aluminium) merupakan contoh layered hybrid, dan
percampuran fibrous dan particulate filler dalam sebuah resin atau metal matrix
menghasilkan jenis hybrid composite yang lain.
Beberapa hybrid dicoba untuk
mengurangi biaya composite yang mahal seperti carbon fibre tanpa mengurangi
mechanical properties dari original composite.
Defects
in Manufactured Polymeric Composite
Semua reinforced plastics composite
mengandung defect yang timbul dari berbagai proses manufaktur. Oleh karena itu
composite cenderung banyak variabilitas mechanical properties sehingga harus
dilakukan control terhadap kondisi proses secara ketat.
Jenis – jenis defect yang dihasilkan
pada manufaktur composite:
-
Incorrect state of resin cure, khususnya variasi
local exotherm temperature dalam section yang tebal atau complex selama
autoclaving
-
Incorrect overall fibre volume fraction
-
Misaligned or broken fibre
-
Non-uniform fibre distribution with resultant
matrix rich regions
-
Gaps, overlaps or other faults in the
arrangement of plies
-
Pores or voids in matrix rich regions
-
Disbanded interlaminar regions
-
Resin cracks or transverse ply cracks resulting
from thermal mismatch stresses
-
Disbands in thermoplastics composites resulting
from failure of separated flows to re-weld during moulding
-
Mechanical damage around machined holes
-
Local bond failures in adhesively bonded
composite components
Methods
of Non Destructive Evaluation (NDE) for Polymer Composites
Pabrikan menggunakan metode NDE ini
karena membutuhkan metode yang sensitive terhadap defects dan kerusakan.
1.
Optical Inspection: pada translucent GRP,
inspeksi dilakukan dengan transmisi cahaya yang memberikan indikasi adanya
pori, poor wetting out, delaminations, dan gross inclusion
2.
Radiographic method: informasi mengenai kualitas
composite didapat dengan x-ray inspection. Contact radiographs menunjukkan
distribusi fibre telah dianalisis dengan metode difraksi optic untuk memberikan
informasi kuantitatif mengenai fibre distribution. Dengan metode ini, resolusi
cracks yang panjangnya hanya beberapa mm dan ketebalan 0.1 mm sangat mungkin
dalam GRP dan CFRP, dan delaminations sangat mudah untuk dipecahkan
3.
Thermal imaging: dengan deteksi perbedaan
temperature sebesar 0.2 derajat celcius dapat dengan mudah dilakukan dengan
infra red television photography. Thermal imaging banyak digunakan dalam
industry luar angkasa. Teknik ini memiliki keuntungan dibandingkan dengan
metode lain : remote monitoring techniques.
4.
Ultrasonic techniques: merupakan metode yang
paling banyak digunakan dalam NDE method untuk composite. Kecepatan dan kondisi
lemah dari ultrasonic pulse melewati bahan dan memberikan informasi mengenai
physical properties secara umum seperti kekakuan bahan dan struktur seperti
kondisi rusak atau cacat dalam bahan. Metode NDE yang paling banyak
dikembangkan adalah C-scan technique
yang secara rutin digunakan untuk inspeksi panel besar
5.
Optical fibre sensor: memiliki banyak keuntungan
dibandingkan type sensor yang lain karena memiliki immune dari electromagnetic
interference, dapat digunakan untuk memonitor beberapa parameter termasuk
temperature, pressure, strain dan chemical characteristics dan metode ini juga
memberikan kemungkinan yang penting untuk aplikasi on line baik proses
optimisasi dan monitoring pelayanan kesehatan.
6.
Microwave methods: dielectric constant of glass
lebih besar daripada resin di frekuensi microwave dan teknik untuk mengukur
dielectric rata – rata GRP composite dapat dikorelasikan secara memuaskan
dengan kandungan kaca pada material. Cacat apapun yang mempengaruhi microwave
penetration akan menyebabkan perubahan resonansi, metode ini mampu untuk
memonitor kerusakan struktur pada saat pembebanan.
7.
Dynamic mechanical analysis: pada saat stress
dan strain dapat dimonitor, maka diharapkan perubahan yang terjadi pada elastic
modulus akan memberikan indikasi non destructive kerusakan properties yang
disebabkan oleh akumulasi kerusakan. Kerusakan apapun pada struktur akan
merubah karakteristik spectrum dan memberikan basis coin tap test yang dapat
digunakan untuk memonitor kerusakan composite
8.
Acoustic emission method: perubahan struktur
yang tiba – tiba dalam composite, seperti resin cracking, fibre facture, rapid
debonding atau interlaminar bonding menyebabkan energy yang tidak berguna yang
menyebar ke semua arah. Dengan teknik ini, AE (Acoustic emission) dapat
mendeteksinya.
Metode tertua pada
NDE method adalah Fokker debond tester yang diproduksi oleh Wells-Krautkramer.
The
Use of Composites
Untuk membuat material yang baik
dalam engineering materials, maka harus mengerti behavior secara cukup dan
mampun memprediksi kinerja pada jangka pendek dan jangka panjang. Jika kita
dapat memprediksi behavior ini, maka kita memiliki keyakinan bahwa material
yang dirancang akan dapat memenuhi kebutuhan.
Selain itu penting untuk
mempertimbangkan penyeleksian bahan dan proses manufaktur.
Environmental
Effects
Kondisi lingkungan seringkali
berbeda dengan kondisi laboratorium. Tetapi normal performance harus dibuat
sebelum efek lingkungan yang agresif, seperti temperature, radiasi ultra
violet, lingkungan kimia termasuk oxidizing atmosphere. Ironisnya, lingkungan
yang lembab seringkali menjadi penyebab utama untuk designer dalam banyak
aplikasi.
Aplikasi
Composite
-
Aerospace: fixed wing dan rotary
wing aircraft. Pada aerospace membutuhkan material yang ringan dan struktur
dengan rigidity yang tinggi.
-
Automotive Engineering: car and
truck body mouldings, panel, dan pintu, truck drive shaft, GRP wheel rim, dsb
-
Bio engineering: digunakan untuk
tujuan prosthetic seperti orthopaedic fracture fixation plates, femoral stems
untuk penggantian bagian paha (hip).
-
Chemical engineering: sudah banyak
digunakan untuk container, pressure vessels, pipe-work, valves, centrifuges,
etc.
-
Civil / Structural engineering: glass
reinforced cement (GRC) dibuat dengan Cem-Fil (alkali resistant glass fibres)
terus ditingkatkan penggunaanya sebagai composite structural cement. Contoh
penggunaan: folded plate structure, cladding panels, decorative sculptured
panels, services mouldings and ducting, racking, pipework, rainwater moulding,
domestic and industrial water tanks, form-work for concrete, complete small
structures seperti foot bridges
-
Domestic: mouldings semua jenis
seperti peralatan dapur dan listrik, helm, televise dan computer casing dan
furniture
-
Electrical engineering: valves,
insulator, printed circuit board, casing untuk perlengkapan elektronik
-
Marine engineering: superstructure
construction of passenger transport vessel, fishing boats dan military vessel
-
Sport: tennis racket, cricket bats,
golf clubs, fishing rods, boats, oars, perlengkapan memanah, canoes, dan
canoeing gear, surf boards, wind surfers, skateboards, skis, ski-poles,
bicycles, protective equipment.
DAFTAR PUSTAKA
- Groover,
M.P. 2002. Fundamentals of Modern
Manufacturing: Physical Properties of Materials. John Wiley and Sons.
- Harris,
Bryan. 1999. Engineering composite
material. Institute of Material, London.
- Idol,
James D., Lehman, Richard L. 2004. Chapter
12: Materials: Polymer. CRC Press
- Kailas,
S.V. Material Science: Chapter 02,
Indian Institute of Science, Bangalore, India.
- Roylance,
D. 2008. Mechanical Properties of
Material, Massachussets Institute of Technology (MIT).
- Shelby,
Chapter 3: Glass Making.
- The
Army Institute for Professional Development, Metal Properties, Characteristics, Uses, and Codes, Army
Correspondence Course Program, 7th edition.
- Tuttle,
Mark E. 1992. A Brief Introduction to
Polymeric Materials, Department of Mechanical Engineering, University of
Washington, Seattle, Washington.
- U.S.
Department of Energy, Pacific Northwest National Laboratory, Introduction to Materials Science and
Technology.
- University
of Tennessee, Department of Material Science and Engineering, Introduction to Material Science and Engineering,
Chapter 01 & Chapter 13.
- Van
Vlack, L.H. Elements of Material Science
and Engineering. Addison Wesley, Massachussets
- White,
Rachel L. 2007. Glass as a Structural Material, a Report for Master of Science, Kansas State University, Manhattan,
Kansas
- -,
Chapter 3: Properties of Wood and
Structural Wood Product
No comments:
Post a Comment